PRAGMATISME,
REKONSTRUKSIONISME
SERTA
FILSAFAT PENDIDKAN PANCASILA
Disusun untuk
Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Landasan
Pendidikan
Dosen Pengampu:
Syahrul Rizal, M.Pd dan Sumianto, M.Pd
Oleh kelompok
10 :
|
RAHMI SAFITRI
|
1786206104
|
|
REFTA OKTAVIANIS
|
1786206107
|
|
WULAN
RAMADHANI
|
1786206136
|
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PAHLAWAN TUANKU TAMBUSAI
BANGKINANG
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur
kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada
waktunya yang berjudul Pragmatisme, Rekonstruktioisme serta
Filsafat Pendidikan Pancasila
Makalah ini berisikan tentang informasi apa itu Pragmatisme, took-tokoh pragmatisme, pengertia Rekonstruktionisme serta teori pendidikan dalam Rekonstruktionisme serta implikasinya dalam pendidikan serta konsep, tujuan dan fungsi Filsafat Pendidikan Pancasila
Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang Pragmatisme, Rekonstruktioisme sera Filsafat Pendidikan Pancasila
Kami menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan Makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan Makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
Makalah ini berisikan tentang informasi apa itu Pragmatisme, took-tokoh pragmatisme, pengertia Rekonstruktionisme serta teori pendidikan dalam Rekonstruktionisme serta implikasinya dalam pendidikan serta konsep, tujuan dan fungsi Filsafat Pendidikan Pancasila
Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang Pragmatisme, Rekonstruktioisme sera Filsafat Pendidikan Pancasila
Kami menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan Makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan Makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
Bangkinang
11 November, 2017
Penyusun
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR ………………………………………………………. i
DAFTAR
ISI ………………………………………………………………… ii
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………. 1
A. Latar Belakang ………………………………………………….. 1
B. Rumusan Masalah .……………………………………………… 1
C. Manfaat Penulisan ……………………………….……………… 1
BAB II PEMBAHASAN …………………………………………………….. 2
A.Pragmatisme ………………………………………………………. 2
B.Rekonstruktionisme ……………………………………………….. 6
C.Landasan Pendidikan Pancasila ……………………………………. 10
BAB II PENUTUP …………………………………………………………… 11
A. Kesimpulan ………………………………………………………. 11
B. Saran ……………………………………………………………… 11
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………….. 12
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Pragmatisme itu berarti ajaran yang
menekankan bahwa pemikiran itu menuruti tindakan. Aliran ini
bersedia menerima segala sesuatu, asal saja hanya membawa akibat praktis.
Pengalaman-pengalaman pribadi, kebenaran mistis semua bisa diterima sebagai
kebenaran dan dasar tindakan asalkan membawa akibat yang praktis yang
bermanfaat. Sedangkan
Kata rekonstruksionisme dalam bahasa Inggris rekonstruct yang berarti menyusun
kembali. Dalam konteks filsafat pendidikan, aliran rekonstruksionisme adalah
suatu aliran yang berusaha merombak tata susunan lama dan membangun tata
susunan hidup kebudayaan yang bercorak modern. Pancasila dalam
pendekatan filsafat merupakan ilmu pengetahuan yang mendalam mengenai
pancasila. Filsafat Pancasila dapat didefinisikan secara ringkas sebagai
refleksi kritis dan rasional tentang Pancasila dalam bangunan bangsa dan negara
Indonesia. Untuk mendapatkan pengertian yang mendalam dan berangkat dari
sila-sila tersebut kita cari intinya, hakekat dari inti dan selanjutnya
pokok-pokok yang terkandung di dalamnya.
B.Rumusam
Masalah
1.Apa
pengertian pragmatisme dan rekonstruktionisme?
2.Siapa saja tokoh filsafat
pragmatisme?
3.Apa saja teori pendidikan dalam
Rekonstruktionisme?
4.Bagaimana implikasi pragmatisme
dan rekonstruktinisme dalam pendidikan?
5.Apa saja konsep, tujuan serta fungsi pendidikan Pancasila
C.Manfaat Penulisan
1.Untuk mengetahui pengertian pragmatisme dan
rekonstruktionisme
2.Untuk mengetahui tokoh filsafat pragmatisme serta teori
rekonstruktionisme
3.Untuk mengetahui apa saja impikasi pragmatisme dan
rekonstruktionisme dala pendidikan
4.Untuk mengetahui apa saja konsep, tujuan serta fungsi
Pancasila
PEMBAHASAN
A. Pragmatisme
1.
Pengertian Pragmatisme
Istilah Pragmatisme berasal
dari kata Yunani pragma yang berarti
perbuatan (action) atau tindakan (practice). Isme di sini sama artinya dengan
isme-isme lainnya, yaitu berarti aliran atau ajaran atau paham. Dengan demikian
Pragmatisme itu berarti ajaran yang menekankan bahwa pemikiran itu menuruti
tindakan. Aliran ini bersedia menerima segala sesuatu, asal saja hanya membawa akibat
praktis. Pengalaman-pengalaman pribadi, kebenaran mistis semua bisa diterima
sebagai kebenaran dan dasar tindakan asalkan membawa akibat yang praktis yang
bermanfaat. Dengan demikian, patokan pragmatisme adalah “manfaat bagi hidup
praktis”. Pragmatisme
memandang bahwa kriteria kebenaran ajaran adalah “faedah” atau “manfaat”. Suatu
teori atau hipotesis dianggap oleh Pragmatisme benar apabila membawa suatu
hasil. Dengan kata lain, suatu teori itu benar kalau berfungsi (if it works).
Kata
pragmatisme sering sekali diucapkan orang. Orang-orang menyebut kata ini
biasanya dalam pengertian praktis. Jika orang berkata, Rencana ini kurang
pragmatis, maka maksudnya ialah rancangan itu kurang praktis. Pengertian
seperti itu tidak begitu jauh dari pengertian pragmatisme yang sebenarnya,
tetapi belum menggambarkan keseluruhan pengertian pragmatisme.
Pragmatisme adalah aliran dalam
filsafat yang berpandangan bahwa kriteria kebenaran sesuatu ialah, apakah
sesuatu itu memiliki kegunaan bagi kehidupan nyata.
Oleh sebab itu kebenaran sifatnya menjadi relatif tidak mutlak. Mungkin sesuatu konsep atau peraturan sama sekali tidak memberikan kegunaan bagi masyarakat tertentu, tetapi terbukti berguna bagi masyarakat yang lain. Maka konsep itu dinyatakan benar oleh masyarakat yang kedua.
Oleh sebab itu kebenaran sifatnya menjadi relatif tidak mutlak. Mungkin sesuatu konsep atau peraturan sama sekali tidak memberikan kegunaan bagi masyarakat tertentu, tetapi terbukti berguna bagi masyarakat yang lain. Maka konsep itu dinyatakan benar oleh masyarakat yang kedua.
Pragmatisme dalam perkembangannya
mengalami perbedaan kesimpulan walaupun berangkat dari gagasan asal yang sama.
Kendati demikian, ada tiga patokan yang disetujui aliran pragmatisme yaitu, (1)
menolak segala intelektualisme, dan (2) absolutisme, serta (3) meremehkan
logika formal.
2. Tokoh-tokoh Filsafat Pragmatisme
a. Charles Sandre Peirce ( 1839 M )
Dalam konsepnya ia menyatakan bahwa,
sesuatu dikatakan berpengaruh bila memang memuat hasil yang praktis. Pada
kesempatan yang lain ia juga menyatakan bahwa, pragmatisme sebenarnya bukan
suatu filsafat, bukan metafisika, dan bukan teori kebenaran, melainkan suatu
teknik untuk membantu manusia dalam memecahkan masalah (Ismaun, 2004:96). Dari
kedua pernyataan itu tampaknya Pierce ingin menegaskan bahwa, pragmatisme tidak
hanya sekedar ilmu yang bersifat teori dan dipelajari hanya untuk berfilsafat
serta mencari kebenaran belaka, juga bukan metafisika karena tidak pernah memikirkan
hakekat dibalik realitas, tetapi konsep pragmatisme lebih cenderung pada
tataran ilmu praktis untuk membantu menyelesaikan persoalan yang dihadapi
manusia.
b.William James (1842-1910 M)
William
James lahir di New York pada tahun 1842 M, anak Henry James, Sr. ayahnya adalah
orang yang terkenal, berkebudayaan tinggi, pemikir yang kreatif. Selain kaya,
keluarganya memang dibekali dengan kemampuan intelektual yang tinggi.
Keluarganya juga menerapkan humanisme dalam kehidupan serta mengembangkannya.
Ayah James rajin mempelajari manusia dan agama. Pokoknya, kehidupan James penuh
dengan masa belajar yang dibarengi dengan usaha kreatif untuk menjawab berbagai
masalah yang berkenaan dengan kehidupan.
Karya-karyanya
antara lain, The Principles of Psychology
(1890), The Will to Believe (1897), The Varietes of Religious Experience
(1902) dan Pragmatism (1907). Di
dalam bukunya The Meaning of Truth, Arti Kebenaran, James mengemukakan bahwa
tiada kebenaran yang mutlak, yang berlaku umum, yang bersifat tetap, yang
berdiri sendiri dan terlepas dari segala akal yang mengenal. Sebab pengalaman
kita berjalan terus dan segala yang kita anggap benar dalam pengembangan itu
senantiasa berubah, karena di dalam prakteknya apa yang kita anggap benar dapat
dikoreksi oleh pengalaman berikutnya.
Oleh karena
itu, tidak ada kebenaran mutlak, yang ada adalah kebenaran-kebenaran (artinya,
dalam bentuk jamak) yaitu apa yang benar dalam pengalaman-pengalaman khusus
yang setiap kali dapat diubah oleh pengalaman berikutnya.
James membawakan pragmatisme. Isme
ini diturunkan kepada Dewey yang mempraktekkannya dalam pendidikan. Pendidikan
menghasilkan orang Amerika sekarang. Dengan kata lain, orang yang paling
bertanggung jawab terhadap generasi Amerika sekarang adalah William James dan John
Dewey (1859-1952 M)
3. Implikasi Terhadap Pendidikan
a. Tujuan
Pendidikan
Filsuf paragmatisme berpendapat bahwa pendidikan harus
mengajarkan seseorang tentang bagaimana berfikir dan menyesuaikan diri terhadap
perubahan yang terjadi di dalam masyarakat. Sekolah harus bertujuan untuk
mengembangkan pengalaman-pengalaman yang akan memungkinkan seseorang terarah
kepada kehidupan yang baik.
Tujuan-tujuan pendidikan tersebut meliputi:
-Kesehatan yang baik
-Keterampilan-keterampilan dan kejujuran dalam bekerja
-Minat dan hobi untuk kehidupan yag menyenangkan
-Persiapan untuk menjadi orang tua
-Kemampuan untuk bertransaksi secara efektif dengan
masalah-masalah sosial
Tambahan tujuan khusus pendidikan di atas yaitu untuk
pemahaman tentang pentingnya demokrasi. Menurut pragmatisme pendidikan
hendaknya bertujuan menyediakan pengalaman untuk menemukan/memecahkan hal-hal
baru dalam kehidupan peribadi dan kehidupan sosial.
b.Kurikulum
Menurut para filsuf paragmatisme, tradisi demokrasi adalah
tradisi memperbaiki diri sendiri (a self-correcting trdition).
Pendidikan berfokus pada kehidupan yang aik pada masa
sekarang dan masa yang akan datang. Kurikilum pendidikan pragmatisme “berisi
pengalaman-pengalaman yang telah teruji, yang sesuai dengan minat dan kebutuhan
siswa. Adapun kurikulum tersebut akan berubah.
c.Metode Pendidikan
Ajaran pragmatisme lebih mengutamakan penggunaan metode
pemecahan masalah (problem solving method) serta metode penyelidikan dan
penemuan (inquiri and discovery method). Dalam praktiknya (mengajar),
metode ini membutuhkan guru yang memiliki sifat pemberi kesempatan, bersahabat,
seorang pembimbing, berpandangan terbuka, antusias, kreatif, sadar
bermasyarakat, siap siaga, sabar, bekerjasama, dan bersungguh-sungguh agar
belajar berdasarkan pengalaman dapat diaplikasikan oleh siswa dan apa yang
dicita-citakan dapat tercapai.
d.Peranan Guru dan Siswa
Dalam pembelajaran, peranan guru bukan “menuangkan”
pengetahuanya kepada siswa. Setiap apa yang dipelajari oleh siswa haruslah
sesuai dengan kebutuhan, minat dan masalah pribadinya. Pragmatisme menghendaki
agar siswa dalam menghadapi suatu pemasalahan, hendaknya dapat merekonstruksi
lingkungan untuk memecahkan kebutuhan yang dirasakannya.
Untuk membantu siswa guru harus berperan:
a.Menyediakan berbagai pengalaman yang akan memuculkan
motivasi. Film-film, catatan-catatan, dan tamu ahli merupakan contoh-contoh
aktivitas yang dirancang untuk memunculkan minat siswa.
b.Membimbing siswa untuk merumuskan batasan masalah secara
spesifik.
c.Membimbing merencanakan tujuan-tujuan individual dan
kelompok dalam kelas guna memecahkan suatu masalah.
d.Membantu para siswa dalam mengumpulkan informasi berkenaan
dengan masalah.
e.Bersama-sama kelas mengevaluasi apa yang telah dipelajari,
bagaimana mereka mempelajarinya, dan informasi baru yang ditemukan oleh setiap
siswa.
Edward J. Power (1982) menyimpulkan
pandangan pragmatisme bahwa “Siswa merupakan organisme rumit yang mempunyai
kemampuan luar biasa untuk tumbuh, sedangkan guru berperan untuk memimpin dan
membimbing pengalaman belajar tanpa ikut campur terlalu jauh atas minat dan
kebutuhan siswa”.
B.Rekonstruktionisme
1.Pengertian Rekonstruktionisme
Rekonstruksionisme berasal dari bahasa inggris Reconstruct
yang berarti menyusun kembali. Dalam konteks filsafat pendidikan aliran
rekonstruksionisme adalah suatu aliran yang berusaha merombak tata susunan lama
dan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang bercorak modern.
Aliran ini dipelopori oleh George Count dan Harold Rugg pada
tahun 1930. Mereka bermaksud membangun masyarakat baru, masyarakat yang
dipandang pantas dan adil.Ide
gagasan mereka secara meluas dipengaruhi oleh pemikiran progresif Dewey, dan
ini menjelaskan mengapa aliran rekonstruksionisme memiliki landasan filsafat
pragmatisme. Meskipun mereka juga banyak terinspirasi oleh pemikiran Theodore
Brameld, khususnya dengan beberapa karya filsafat pendidikannya, mulai dari
Pattern of Educational Philosophy (1950), Toward a reconstructed Philosophy of
Education (1956), dan Education as Power (1965).
Pada
dasarnya aliran rekonstruksionisme sepaham dengan aliran perenialisme bahwa ada
kebutuhan mendesak untuk kejelasan dan kepastian bagi kebudayaan zaman modern
sekarang (hendak menyatakan krisis kebudayaan modern), yang sekarang mengalami
ketakutan, kebimbangan dan kebingungan. Tetapi aliran rekonstruksionisme tidak
sependapat dengan cara dan jalan pemencahan yang ditempuh filsafat
perenialisme. Aliran perenialisem memilih jalan kembali ke alam kebudayaan abad
pertengahan.
Sementara
itu alliran rekonstruksionisme berusaha membina suatu konsensus yang paling
luas dan paling mungkin tentang tujuan utama dan tertinggi dalam kehidupan
manusia.
Untuk mencapai tujuan tersebut,
rekonstruksionisme berusaha mencari kesepakatan semua orang mengenai tujuan
utama yang dapat mengatur tata kehidup manusia dalam suatu tatanan baru seluruh
lingkungannya, maka melalui lembaga dan proses pendidikan. Rekonstruksionisme
ingin merombak tata susunan lama dan membangun tata susunan hidup kebudayaan
yang sama sekali baru
Aliran rekonstruksionisme berkeyakinan bahwa tugas
penyelamatan dunia merupakan tugas semua umat manusia atau bangsa. Oleh
karenanya, pembinaan kembali daya intelektual dan spiritual yang sehat akan
membina kembali manusia melalui pendidikan yang tepat atas nilai dan norma yang
benar demi generasi sekarang dan generasi yang akan datang sehingga terbentuk
dunia baru dalam pengawasan umat manusa
Dengan singkat dapat dikemukakan bahwa aliran
rekonstruksionisme bercita-cita untuk mewujudkan suatu dunia dimana kedaulatan
nasional berada dalam pengayoman atau subordinate dari kedaulatan dan otoritas
internasional
2.Teori Pendidikan
Rekonstruksionisme
Teori
pendidikan rekonstruksionisme yang dikemukakan oleh Brameld terdiri atas 5
tesis, yaitu :
a.Pendidikan harus dilaksanakan di sini
dan sekarang dalam rangka menciptakan tata sosial baru yang akan mengisi
nilai-nilai dasar budaya kita, dan selaras dengan mendasari kekuatan-kekuatan
ekonomi, dan sosial masyarakat modern. Sekarang peradaban menghadapi
kemungkinan penghancuran diri. Pendidikan harus mensponsori perubahan yang
benar dalam nurani manusia. Oleh karena itu, kekuatan teknologi yang sangat
hebat harus dimanfaatkan untuk membangun umat manusia, bukan untuk
menghancurkannya.
Masyarakat
harus diubah bukan melalui tindakan politik, melainkan dengan cara yang sangat
mendasar, yaitu melalui pendidikan bagi para warganya, menuju suatu pandangan
baru tentang hidup dan kehidupan mereka bersama.
b.Masyarakat banyak harus berada dalam
kehidupan demokrasi sejati, dimana sumber dan lembaga utama dalam masyarakat
dikontrol oleh muridnya sendiri. Semua yang mempengaruhi harapan dan hajat
masyarakat, seperti sandang, papan, pangan, kesehatan, industri, dan
sebagainya, semuanya akan menjadi tanggung jawab rakyat, melalui wakil-wakil
yang dipilih. Masyarakat ideal adalah masyarakat demokratis, dan harus
direalisasikan secara demokrasi. Struktur, tujuan dan kebijakan-kebijakan yang
berkaitan dengan tata aturan baru harus diakui merupakan bagian dari pendapat
masyarakat.
c.Anak, sekolah, dan pendidikan itu
sendiri dikondisikan oleh kekuatan budaya dan sosial. Menurut Brameld, kaum
progresif terlalu sangat menekankan bahwa kita semua dikondisikan secara
sosial. Perhatian kaum progresif hanya untuk mencari cara dimana individu dapat
merealisasikan dirinya dalam masyarakat, dan mengabaikan derajat dimana
masyarakat telah menjadikan jati dirinya. Menurut rekonstruksionisme, hidup
beradab adalah hidup berkelompok, sehingga kelompok akan memainkan peran yang
penting di sekolah. Pendidikan merupakan realisasi dari sosial (social self
realization). Melalui pendidikan, individu tidak hanya mengembangkan
aspek-aspek sifat sosialnya melainkan juga belajar bagaimana keterlibatan dalam
perencanaan sosial.
d.Guru harus meyakini terhadap validitas
dan urgensi dirinya dengan cara bijaksana dengan cara memperhatikan
prosedur yang demokratis. Guru harus melaksanakan pengujian secara terbuka
terhadap fakta-fakta, walaupun bertentangan dengan pandangan-pandangannya. Guru
menghadirkan beberapa pemecahan alternatif dengan jelas, dan ia memperkenankan
siswa-siswanya untuk mempertahankan pandangan-pandangan mereka sendiri.
e.Cara dan tujuan pendidikan harus
diubah kembali seluruhnya dengan tujuan untuk menemukan kebutuhan-kebutuhan
yang berkaitan dengan krisis budaya dewasa ini, dan untuk menyesuaikan
kebutuhan dengan sains sosial. Yang penting dari sains sosial adalah mendorong
kita untuk menemukan nilai-nilai, dimana manusia percaya atau tidak bahwa
nilai-nilai itu bersifat universal
3.Implikasi
Rekonstruksionisme dalam Pendidikan
Power
(1982) menggunakan istilah neoprogresivisme untuk aliran
rekonstruksionisme, dan mengemukakan implikasi pendidikannya sebagai berikut :
a.Tema
Pendidikan
merupakan usaha sosial. Misi sekolah adalah untuk meningkatkan rekonstruksi
sosial.
b.Tujuan Pendidikan
Pendidikan
bertanggung jawab dalam menciptakan aturan sosial yang ideal. Transmisi budaya
adalah esensial dalam masyarakat yang majemuk. Transmisi budaya juga harus mengenal
fakta budaya yang majemuk tersebut.
c.Kurikulum
Kurikulum
sekolah tidak boleh didominasi oleh budaya mayoritas maupun oleh budaya yang
ditentukan atau disukai. Semua budaya dan nilai-nilai yang berhubungan berhak
untuk mendapatkan tempat dalam kurikulum.
d.Kedudukan siswa
Nilai-nilai
budaya siswa yang dibawa ke sekolah merupakan hal yang berharga. Keluhuran
pribadi dan tanggung jawab sosial ditingkatkan, mana kala rasa hormat diterima
semua latar belakang budaya.
e.Metode
Sebagai
kelanjutan dari pendidikan progresif, metode aktivitas dibenarkan (learning
by doing).
f.Peranan Guru
Guru
harus menunjukkan rasa hormat yang sejati atau ikhlas terhadap semua budaya
baik dalam memberi pelajaran maupun dalam hal lainnya. Pelajaran sekolah harus
mewakili budaya masyarakat.
C.Filsafat Pendidikan Pancasila
Filsafat pendidikan
pancasila merupakan tuntunan nasional, karena cita dan karsa bangsa atau tujuan
nasional dan harkat luhur rakyat tersimpul dalam pembukaan UUD 1945 sebagai
perwujudan jiwa dan jiwa pancasila, cita dan karsa ini diusahakan secara
melembaga didalam pendidikan nasional sebagai sistem bertumpu dan dijiwai oleh
suatu keyakinan, pandangan hidup atau filosofi tertentu. Maka melalui sistem
pendidikan pancasila akan terjalin cita dan karsa nasional dalam membina watak
dan kepribadian dan martabat pancasila dalam subjek pribadi manusia Indonesia
seutuhnya.
Alasan Filsafat Pendidikan Pancasila
merupakan tuntutan nasional karena Filsafat pendidikan Pancasila merupakan sub
sistem dari sistem negara pancasila dalam pembukaan UUD 1945 “cita dan karsa
bangsa kita, tujuan nasional dan hasrat luhur rakyat Indonesia” merupakan
perwujudan nilai dan jiwa pancasila dapat melestarikan kebudayaan, martabat dan
kepribadian bangsa dan negara dapat dikatakan bahwa Filsafat Pendidikan
Pancasila merupakan aspek Rohaniah atau spiritual Sisdiknas
(Jalaludin&Abdullah Idi,2011:170) tercermin dalam tujuan pendidikan
nasional yang termuat dalam UU No. 20 Tahun 2003.
1.Konsep Dasar Filsafat Pancasila
1.Ontologi
(Realita)
Dasar ontologis pancasila pada hakikatnya adalah manusia
yang memiliki hakikat mutlak monopluralis yaitu hakikat yang memiliki
unsure-unsur pokok yang terdiri dari jiwa (rohani) dan raga (jasmani). Oleh
karena itu hakikat dasar ini juga disebut sebagai dasar antropologis.
Subjek pendukung pokok sila-sila pancasila adalah manusia.hal ini dapat
dijelaskan bahwa yang berketuhanan yang Maha Esa,yang berkemanusian yang adi
dan beradab, yang persatuan, yang berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam pemusyarawatn/perwakilan serta berkeadilan social pada
hakikatnya adalah manusia (Notonagoro,1975:23 ). Adapun pendukung pokok negara
adalah rakyat dan unsur rakyat adalah manusia itu sendiri, sehingga tepatlah
jikalau dalam filsafat pancasila bahwa hakikat dasar antropologis sila-sila
pancasila adalah manusia.
2.Epistemologi
(Pengetahuan)
Dasar
epistemologis pancasila pada hakikatnya tidak dapat dipisahkan dengan dasar
ontologisnya. Pancasila sebagai suatu ideologi bersumber pada nilai-nilai
dasarnya yaitu filsafat pancasila (soeryanto, 1991: 50). Dalam epistemologi
terdapat tiga persoalan yang mendasar, yaitu pertama, tentang
sumber pengetahuan manusia, kedua, tentang teori kebenaran pengetahuan
manusia, ketiga, tentang watak
pengetahuan manusia (Titus. 1984: 20).
Pancasila
sebagai suatu objek pengetahuan pada ahkikatnya meliputi masalah suber
pengetahuan pancasila dan susunan pengetahuan pancasila. Pancasila sebagai
suatu sistem pengetahuan, sebagai suatu sistem pengetahuan maka pancasila
memeliki susunan yang bersifat sila-sila pancasila maupun isi arti sila-sila pancasila.
3.Aksiologi (Nilai)
Sila-sila
sebagi suatu sistem filsafat juga memiliki satu kesatuan dasar aksiologisnya
sehingga nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila pada hakikatnya juga
merupakan suatu kesatuan. Pada hakikatnya segala sesuatu itu bernilai. Hanya
nilai macam apa saja yang ada serta bagaimana hubungan nilai tersebut dengan
manusia. Banyak pandangan tentang nilai terutama dalam menggolong-golongkan
nilai dan penggolongan tersebut amat beraneka ragam
2. Tujuan Pendidikan Pancasila
a.Secara umum, tujuan pendidikan
pancasila ialah untuk :
Mencerdaskan
kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya,yaitu manusia
yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti
luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani,
kepribadian mantap dan mandiri serta rasa
ta nggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan.
b.Secara
Khusus bertujuan untuk :
Dalam UU No.2 Tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional
dan juga termuat dalam SK Dirjen Dikti.No.38/DIKTUKep/2003, dijelaskan bahwa
tujuan pendidikan pancasila mengarahkan perhatian pada moral yang diharapkan
terwujud dalam kehidupan sehari-hari,yaitu prilaku yang memancarkan iman dan
taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam masyarakat yang terdiri atas golongan
agama, kebudayaan, dan beraneka ragam kepentingan,prilaku yang bersifat
kemanusian yang adil dan beradab, prilaku yang mendukung kerakyatan yang
mengutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan perorangan dan golongan
sehingga perbedaan pemikiran, diarahkan pada prilaku yang mendukung upaya
terwujudnya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
3. Fungsi Pendidikan Pancasila
Pendidikan Pancasila mengembang fungsi harapan sebagai berikut:
a.
Sebagai program pendidikan
nilai,moral,dan norma yang harus membina totalitas dari peerta didik,yakni :
pola pikir, sikap, dan kepribadian serta prilaku yang berasaskan nilai, moral,
dan norma pancasila-UUD 1945.Peserta didik dan keluaran sekolah benar-benar
mampu melaksanakan Pancasila dengan penuh keyakinan dan nalar.
b. Sebagai program pendidikan politik, dengan tugas peran
membina peserta didik menjadi warga Negara Indonesia yang melek politik, ialah
warga Negara yang :
1.Sadar akan
hukum dan UUD 1945 negara RI
Dalam arti memahami dengan baik tata keharusan bermasyarakat
dan bernegara serta hak kewajiban dan tanggung jawabnya sebagai warga Negara RI
2.Sadar Akan
Pembangunan
Dalam arti
memahami dengan baik apa yang sudah, sedang, dan akan dilaksanakan masyarakat
dan pemerintahan RI dalam mewujudkan cita-cita bangsa Negara serta mengerti
akan tugas tanggung jawabnya dalam pembangunan.
3.Sadar akan
masalah yang sedang dan akan dihadapi dirinya, masyarakat dan negaranya dalam
melaksanakan hal-hal tersebut di atas.
c.Sebagai program Pendidikan Studi Lanjutan dengan tugas
membina perbekalan,kemampuan dan keterampilan untuk studi lanjutan bagi mereka
yang mampu serta untuk belajar sepanjang hayat bagi mereka yang tidak
melanjutkan studi.Dalam fungsi peran ini jelaslah diharapkan agar pendidikan
pancasila di samping memuat hal ihwal keilmuan dan pengetuhan hendaknya juga
membina berbagai kemampuan/keterampilan belajar
PENUTUP
A.Kesimpulan
Pragmatisme itu berarti ajaran yang
menekankan bahwa pemikiran itu menuruti tindakan. Aliran ini
bersedia menerima segala sesuatu, asal saja hanya membawa akibat praktis.
Pengalaman-pengalaman pribadi, kebenaran mistis semua bisa diterima sebagai
kebenaran dan dasar tindakan asalkan membawa akibat yang praktis yang
bermanfaat. Dengan demikian, patokan pragmatisme adalah “manfaat bagi hidup
praktis”. Pragmatisme
memandang bahwa kriteria kebenaran ajaran adalah “faedah” atau “manfaat”. Suatu
teori atau hipotesis dianggap oleh Pragmatisme benar apabila membawa suatu
hasil. Dengan kata lain, suatu teori itu benar kalau berfungsi (if it works).
Rekonstruksionisme berasal dari bahasa inggris Reconstruct
yang berarti menyusun kembali. Dalam konteks filsafat pendidikan aliran
rekonstruksionisme adalah suatu aliran yang berusaha merombak tata susunan lama
dan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang bercorak modern.
Filsafat Pendidikan Pancasila adalah tuntutan formal
yang fungsional dari kedudukan dan fungsi dasar negara Pancasila sebagai sistem
Kenegaraan Republik Indonesia. Kesadaran memiliki dan mewarisi sistem
kenegaraan Pancasila adalah dasar pengamalan dan pelestariannya, sedangkan
jaminan utamanya ialah subjek manusia Indonesia seutuhnya terbina melalui
sistem pendidikan nasional yang dijiwai oleh filsafat pendidikan Pancasila
B.Saran
Menyadari bahwa
penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih fokus dan
details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber - sumber yang
lebih banyak yang tentunga dapat di pertanggung jawabkan.
Sub Koordinator MKDP. (2014). Landasan
Pendidikan. Universitas Pendidikan Indonesia
1 komentar:
Write komentarnumpang promo ya gan
Replykami dari agen judi terpercaya, 100% tanpa robot, dengan bonus rollingan 0.3% dan refferal 10% segera di coba keberuntungan agan bersama dengan kami
ditunggu ya di dewapk^^^ ;) ;) :*
EmoticonEmoticon